Kunjungan Literasi Budaya ke Museum Keraton,Museum Wahanarata dan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta melalui kegiatan wajib kunjung museum yang merupakan kerjasama antara SMKN 3 Wonosari ( perpustakaan Nabha Widya Pustaka ) dengan Dinas Kebudayaan DIY . Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 September 2023 yang diikuti oleh 110 siswa dari kelas X-XII dan 40 guru dan karyawan SMKN 3 Wonosari untuk meningkatkan kegiatan literasi dan menambah pengetahuan serta menambah wawasan dalam memahami tentang budaya dan keistimewaan Yogyakarta.
Dalam Museum Karaton bapak/ibu guru , karyawan dan siswa mendapatkan materi terkait memahami budaya Jawa bagaimana cara bersikap yang harus diterapkan Ketika berada di dalam lingkungan maupun diluar lingkungan kraton ,bertutur kata yang baik sesuai ketentuan sebagai warga kraton yang baik termasuk pakaian adat Jawa yang boleh digunakan atau yang tidak boleh digunakan sekaligus cara menggunakannya dan kapan harus digunakan dijelaskan secara rinci ,Kawasan kraton terdiri dari tujuh rangkaian plataran yaitu pagelaran dan sitinggil lor,kamandungan lor ,srimanganti,kedathon,kemagangan ,kamandungan kidul dan sitinggil kidul dengan koleksi yang terdapat dalam plataran tersebut beserta fungsi plataran dan juga bagaimana cara bersikap dalam lingkungan tersebut . bapak/ibu guru dan karyawan juga berkesempatan menyaksikan latihan gending di museum tersebut . Di museum Karaton juga mengingatkan kita bahwa peran Karaton Yogyakarta sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia termasuk mendukung kemerdekaan RI dan bahkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bahwa Karaton Yogyakarta bergabung dengan RI yang baru berdiri sebagai negara,bahkan terdapat koleksi dari Sultan Yogyakarta yaitu koleksi Sri Sultan Hamengkubuwono IX ( Beliau merupakan Raja yang merakyat dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya bahkan terhadap perjuangan Indonesia ).
Museum Wahanarata Yogyakarta, bapak/ibu guru , karyawan dan siswa mendapat dan memperoleh pemahaman tentang koleksi kereta yang dimiliki karaton Yogyakarta serta penggunaannya untuk upacara-upacara tertentu yang terdapat di Museum Wahanarata . Dimuseum ini terdapat 23 kereta pusaka yang menjadi kendaraan Sultan dan keluarganya. Salah satunya adalah Kanjeng Nyai Jimat yang menjadi kereta pusaka tertua dan digunakan sejak era Sri Sultan Hamengkubuwono I hingga Sri Sultan Hamengkubuwono III,selain itu ada pula Kyai Garuda Yaksa,Kyai Wimanaputra,Kyai Jetayu dan kereta-kereta lainnya. Kereta Rata Pralaya merupakan kereta jenazah yang biasa digunakan dengan ditutup kain putih dengan dituntun oleh pengawal dengan berjalan kaki yang pernah digunakan untuk mengantar kepergian Sultan HB VIII dan Sultan HB IX. Kuda penarik kereta dipilih secara khusus berdasarkan serat keturanggan.Selain itu juga terdapat koleksi pendukung kereta seperti pelana,busana abdi dalem hingga payung kebesaran dan terdapat tiga wahana dengan teknologi digital yang dapat dicoba oleh pengunjung. Inovasi museum ini diwujudkan dalam bentuk permainan digital dan untuk keperluan berswa foto dalam museum . Juga untuk anak-anak terdapat wahana mewarnai dimana obyek yang diwarnai akan tampil di layer LED
Museum Benteng Vredeburg, Dalam museum ini bapak/ibu guru , karyawan dan siswa memperoleh informasi betapa pentingnya karaton Yogyakarta dalam perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah sekaligus mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kraton Yogyakarta yang saat itu dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX merpakan Kerajaan yang pertama kali mengakui dan mendukung berdirinya Republik Indonesia sekaligus Kraton Yogya memberikan dukungan keberadaan RI dan menyatakan bergabung dan menjadi bagian dari Republik Indonesia. Sikap seorang Raja yang luar biasa dan patut mendapatkan penghargaan yang tinggi karena dengan rela bersedia membantu Indonesia sebagai negara yang baru saja berdiri. Sikap seorang Raja yang selalu mengedepankan sikap Kerjasama, saling menghargai, saling menghormati, memiliki sikap toleransi yang tinggi sekaligus pribadi yang santun yang perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi tatanan Masyarakat yang baik.
Kegiatan ini membawa manfaat bagi bapak/ibu dan karyawan dalam kehidupan sehari-hari termasuk pengembangan budaya Jawa yang menjadi keistimewaan Yogya yang perlu di terapkan dan dilestarikan untuk kemanfaatan semuanya .